Saudaraku yang mendapatkan taufik, fithrah manusia dalam kehidupan dunia ini adalah untuk ibadah, tunduk dan bertumpu kepada kekuatan ghaib yang dibenarkan ada-Nya meski tak kasat mata. Maka barangsiapa yang tidak beribadah kepada Allah عزّوجلّ dan tidak menjadikan Dia sebagai Rabb, ilah, sesembahan, tidak merasakan manisnya berdzikir kepada-Nya, tidak berdo'a, bermunajah dan bersujud kepada-Nya, niscaya akan mengenyam kehinaan berupa ibadah kepada selain-Nya, memohon kepada selain-Nya dan takut kepada selain-Nya.
Tidak diragukan lagi bahwa beribadah kepada Allah Ta'ala adalah ibadah yang paling terhormat, paling suci, paling luhur dan paling tinggi. Sedangkan beribadah kepada selain-Nya adalah kesyirikan, kesesatan dan kerugian di dunia dan akhirat. Allah Ta'ala memberitakan perihal orang yang beribadah kepada selain-Nya:
احْشُرُوا الَّذِينَ ظَلَمُوا وَأَزْوَاجَهُمْ وَمَا كَانُوا يَعْبُدُونَ. مِن دُونِ اللَّهِ فَاهْدُوهُمْ إِلَى صِرَاطِ الْجَحِيمِ. وَقِفُوهُمْ إِنَّهُم مَّسْئُولُونَ
"(Kepada para malaikat diperintahkan): "Kumpulkanlah orang-orang yang zalim beserta teman sejawat mereka dan sembahan-sembahan mereka yang selalu mereka sembah selain Allah, maka tunjukkanlah kepada mereka jalan ke neraka. Dan tahanlah mereka (di tempat perhentian) karena sesungguhnya mereka akan ditanya." (QS Ash-Shaffat: 22-24)
Dan firman-Nya:
إِنَّكُمْ وَمَا تَعْبُدُونَ مِن دُونِ اللَّهِ حَصَبُ جَهَنَّمَ أَنتُمْ لَهَا وَارِدُونَ
"Sesungguhnya kamu dan apa yang kamu sembah selain Allah, adalah umpan jahannam, kamu pasti masuk ke dalamnya." (QS Al-Anbiya': 98)
Wahai pemuda, maksud beribadah kepada selain Allah tidak hanya terbatas pada tindakan menyembah berhala, thawaf di kuburan, memohon kepada penghuninya, menyembelih untuk selain Allah maupun istighatsah kepada selain Allah dalam hal yang tidak dimampui melainkan oleh Allah. Semua itu memang termasuk macam-macam beribadah kepada selain Allah. Namun lebih dari itu, karena ibadah mengandung unsur puncak kecintaan dan puncak menghinakan diri. maka barangsiapa yang mencintai sesuatu setara dengan cintanya kepada Allah dan menghinakan diri kepadanya, berarti dia telah beribadah kepada selain Allah, baik sesuatu itu berupa batu, berhala, manusia, kuburan, wali, pemahaman, madzhab, harta, dunia, wanita, hawa nafsu, syetan atau selainnya yang mana manusia menyerahkan (pasrah) dirinya dan beribadah mengabdi kepadanya.
Sungguh Nabi telah membuat suatu permisalan tentangnya dengan sabda beliau:
تَعِسَ عَبْدُ الدِّيْنَرِ وَ عَبْدُ الدِّرْهَمِ وَ عَبْدُ الخَمِيْصَةِ
"Alangkah celaka budak dinar, budak dirham dan budak perut." (HR Al-Bukhari)
Imam Ibnu Al-Qayyim berkata, "inti kesyirikan kepada Allah adalah syirik dalam mahabbah (kecintaan), sebagaimana firman Allah:
وَمِنَ النَّاسِ مَن يَتَّخِذُ مِن دُونِ اللّهِ أَندَاداً يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ اللّهِ وَالَّذِينَ آمَنُواْ أَشَدُّ حُبّاً لِّلّهِ
"Dan antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah, mereka mencintainya sebagaimana mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah." (QS Al-Baqarah: 165)
Maka Allah Subhanah mengabarkan bahwa di antara manusia ada yang menyekutukan-Nya, dia menjadikan tandingan selain Allah, mencintainya sebagaimana mencintai Allah. Maksudnya, bahwa hakikat ibadah tidak terwujud jika disertai kesyirikan kepada Allah dalam mahabbah (kecintaan), berbeda halnya dengan cinta kepada Allah yang merupakan konsekuensi dari ibadah kepada-Nya.
Imam Ibnu Al-Qayyim Rahimahullah menyebutkan, wajib untuk membedakan antara lima macam mahabbah, karena ketidakmampuan membedakan masing-masing, dapat terjerumus dalam kebinasaan dan syirik mahabbah. Kelima hal tersebut adalah :
Mencintai Allah Ta'ala
Mencintai apa-apa yang dicintai Allah. Kecintaan inilah yang memasukkan seorang hamba ke dalam Islam dan mengeluarkannya dari kekufuran. Maka manusia yang paling dicintai oleh Allah adalah yang paling kuat dan paling sangat kecintaannya dalam hal ini.
Cinta karena Allah, hal ini merupakan konsekuensi dari mahabbah yang sebelumnya. Seseorang tidaklah dianggap tulus dalam mencintai apa-apa yang dicintai oleh Allah melainkan dengan mencintai karena Allah dan di jalan Allah.
Mencintai beserta Allah (mencintai sesuatu setara dengan kecintaannya kepada Allah-pent). Inilah mahabbah yang syirik, barangsiapa yang mencintai sesuatu setara dengan Allah, bukan untuk Allah, bukan pula karena Allah, bukan dijalan-Nya, sungguh dia telah mengambil tandingan selain Allah, inilah mahabbahnya orang-orang musyrik.
Mahabbah thabi'iyah, yakni kecenderungan manusia kepada apa yang memang menjadi tabiatnya, seperti seorang yang haus menyukai air, orang yang lapar menyukai makanan, orang yang mengantuk menyukai tidur, mencintai istri maupun anak. Yang demikian ini tidaklah tercela kecuali jika hal-hal tersebut melalaikan dari dzikrullah dan menyibukkan diri dari mencintai Allah.
RAMAH DALAM PERKATAAN MENCIPTAKAN KEYAKINAN, RAMAH DALAM PEMIKIRAN MENCIPTAKAN KEDAMAIAN,RAMAH DALAM MEMBERI MENCIPTAKAN KASIH
Monday, January 31, 2011
Siapa yang Kamu Sembah?
Labels:
KENANGAN
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment