Translator

Translate to : English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Monday, January 31, 2011

SEPAK BOLA Manfaat dan Mudharatnya Menurut Syari'at Islam

Sesungguhnya permainan sepak bola ter­hitung olah raga yang paling populer dan pa­ling utama di dunia. Penyebaran olah raga ini dimulai setelah perang dunia kedua. Maka se­menjak itu sepak bola menjadi suatu permainan yang nampak memasyarakat. Pahlawan-pahla­wan persepakbolaan bagaikan bintang-bintang yang bercahaya (yang menonjol) di tengah ma­syarakat, bahkan mereka adalah orang-orang yang paling terkenal di muka publik dan paling banyak penghasilannya.
Permainan sepak bola memperoleh nasib yang baik di seluruh negara-negara Arab pada zaman ini, dikarenakan manusianya memberi­kan perhatian yang lebih dengan tidak disaingi pada masalah-masalah penting lainnya dimasa kini dan yang akan datang, seperti masalah Palestina dan lain-lain. Dan permainan ini -ber­sama dengan urusan-urusan yang masuk ruang lingkup Internasional lainnya termasuk kejadi­an yang spektakuler- menjadi suatu kisah yang menipu seluruh lapisan masyarakat dengan ti­puan yang sempurna. Maka kita bisa saksikan bahwa pertandingan-pertandingan yang ada, mempengaruhi mereka dengan pengaruh yang luar biasa dibandingkan dengan urusan yang menimpa sebagian umat Islam di seluruh Dunia.

Pengaruh yang hebat ini bertambah de­ngan bantuan publikasi, seperti: koran-ko­ran, majalah-majalah, penayangan langsung di televisi dan penyebaran hal-hal yang terkait de­ngan klub-klub sepak bola dengan para pahla­wannya dengan berbagai macam cerita dan ka­barnya. Itu semua merupakan sarana yang digunakan untuk menarik simpati manusia ter­hadap olah raga dan para pemainnya.

Faktor lainnya yang menunjang ke arah yang demikian adalah karena kosongnya akti-fitas (umat Islam), sikap tidak mau tahu dan kealpaan mereka terhadap tujuan mulia dari penciptaan manusia serta jalan yang harus me­reka tempuh guna merealisasikan tujuan terse­but.

Pada risalah ini, saya tidak bermaksud untuk menghancurkan olah raga dan mencela para olahragawan, akan tetapi tujuan saya ada­lah untuk memberikan peringatan kepada sau­dara-saudaraku (kaum muslimin) akan bahaya yang terkandung dalam permainan ini serta berbagai dampak negatifnya yang hampir da­pat dilihat dengan nyata.

Permainan (sepak bola) ini hanyalah dite­kuni oleh sebagian kecil manusia, tetapi keba­nyakan manusia mengikuti perkembangannya dengan antusias. Kami akan paparkan tema ini pada risalah ini, insya Allah, Rabb semesta alam.

Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada Nabi kita beserta keluarga dan para sahabatnya.

Selain permainan sepak bola yang telah dikenal -yang akan kami jelaskan tentang baha­yanya-, ada beberapa permainan di negara-negara tertentu yang juga menggunakan bola yang ditiup dan menggunakan nama "sepak bola atau bola kaki". Permainan tersebut ber­kembang di Amerika, Kanada, Australia dan Irlandia.

Sepak bola Amerika: Suatu permainan yang sangat kasar (keras sekali) dan permainan ini pada awalnya muncul di Harvard pada tali u n 1872 M. Permainan ini diambil dari permainan Rugby dan dinamakan dengan Foot Ball, adapun permainan sepak bola yang dikenal dinamakan dengan soccer. Ma­sing-masing kelompok terdiri dari sebelas pemain. Mereka memakai helm pelindung dan mengenakan baju khusus.
Sepak bola Australia: Permainan ini dianggap resmi dalam undang-undang pada tahun 1868 M. Lapangan permainannya berbentuk lonjong (seperti telur) dan bolanya seperti bola rugby. Masing-masing kelompok terdiri dari 18 pemain termasuk cadangan, 15 pe­main berada di lapangan pada tempat-tem­pat yang telah ditentukan, setiap pemain berhadapan dengan lawannya, adapun 3 pemain (pada masing-masing kelompok) sebagai motifator. Apabila bola berhasil di­masukkan ke gawang lawan, maka mempe­roleh satu poin, tetapi jika kelompok penye­rang berhasil memasukkan bola tersebut di antara dua tiang tanpa atap, maka mereka memperoleh 6 poin.
Sepak bola Kanada: Permainan ini secara umum mirip dengan sepak bola Amerika, akan tetapi ia mempunyai istilah-istilah ter­sendiri dan ada sedikit perbedaan pada atu­rannya. Setiap kelompok yang bermain ber­jumlah 12 pemain sebagai pengganti dari 11 pemain.
Ada yang mengatakan bahwa awal mula munculnya permainan ini dari negeri Cina, ka­rena di sana sudah ada olah raga yang mirip dengan sepak bola dengan nama "Tsu" pada dua abad (keempat dan ketiga) sebelum mase­hi. Pada tahun 1410 M, di Italia permainan sepak bola ini dinamakan "Kalisio". Ada satu isyarat yang lebih jelas lagi bahwa permainan sepakbola ini biasa dimainkan di Inggris sete­lah tersebar berita kematian seorang penjaga gawang secara tiba-tiba pada tanggal 23 Feb­ruari 1585 M.

Pada tahun 1863 M, di Inggris berdiri Perkumpulan Sepak bola Inggris. Negara ini te­lah mengembangkan permainan tersebut. Sehingga dalam tempo satu abad, permainan sepak bola telah menyebar dari satu benua ke benua lainnya. Selama 70 tahun, Inggris terus menerus "merajai" dunia persepak bolaan sam­pai tahun 1930 M. Kemudian pada tahun-tahun berikutnya, mulailah klub sepak bola dari Ame­rika Latin menampakkan kekuatannya atas klub sepak bola Inggris dan yang lainnya.

Pada hari ini terdapat lebih dari 130 nega­ra yang menjadi anggota Persatuan Klub Se­pakbola Internasional. Hampir di sebagian be­sar kota-kota Eropa berlangsung taruhan "mi­ngguan" untuk hasil-hasil pertandingan klub-klub sepak bola yang dikenal dengan nama TOTO. Ini semua hasilnya yang begitu besar diambil oleh orang-orang yang menang dalam taruhan serta yayasan-yayasan olah raga1.

Pada tanggal 21 mei 1904 M, di Paris ber­diri Persatuan Sepak bola Internasional. Dan di bawah naungannya, pada tanggal 13 juli 1930M di mulai pertandingan-pertandingan Piala Du­nia sepak bola, saat itu berlangsung di kota Montefedo yang berada di Uruguay. Di sam­ping itu berlangsung juga kejuaraan-kejuaraan lainnya seperti kejuaraan Piala Eropa yang me­nandingi kejuaraan Piala Dunia. Kejuaraan Pia­la Eropa didirikan pertama kali pada tahun 1958 M. Kedua kejuaraan tersebut diadakan sekali dalam empat tahun
Dibolehkannya Berlatih Sepak Bola dan Manfaat-Manfaatnya





Latihan sepak bola termasuk dari hal-hal yang dibolehkan, karena kami tidak menge­tahui satu dalil pun yang mengharamkannya.

(Hukum) asal pada segala sesuatunya adalah mubah atau boleh, bahkan tidak menutup ke­mungkinan bahwa latihan sepak bola bisa ter­masuk mustahab (disukai) jika yang berlatih adalah orang Islam agar kuat jasmaninya dan memperoleh semangat dan vitalitas hidup. Sya­ri'at Islam sangat menyukai mengambil faktor-faktor yang bisa menguatkan badan agar dapat berjihad. Telah nyata sabda Rasul صلي الله عليه وسلم:

الْـمُؤْمِنُ القُوِيُّ خَيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَي اللهِ مِنَ الْـمُؤْمِنِ الضَّعِيفِ، وَفِي كُلِّ خَيْرٌ

Orang yang beriman lagi kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah dari orang yang beriman tetapi lemah dan pada keduanya terdapat kebaikan.1

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah رحمه الله berkata:

...dan dalam permainan bola, apabila pemainnya bertujuan mengambil manfaat, yaitu agar kuat fisik kuda dan penunggangnya dalam artian agar lebih lincah dan kuat dalam menyerang, lari, masuk, keluar dan sebagainya dalam medan jihad yang telah di perintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya, maka yang demikian adalah baik. Akan tetapi jika dalam permainan tersebut mengandung baha­ya bagi kuda dan penunggangnya, maka itu semua di larang.2

Syaikh Ibnu Utsaimin رحمه الله lebih memperinci lagi hukum yang berkaitan dengan latihan bola, beliau berkata:

Latihan olah raga itu boleh, selama tidak melalai­kan kewajiban. Jika sampai melalaikan kewajiban, maka olah raga tersebut haram. Apabila seseorang mempunyai kebiasaan menghabiskan sebagian be­sar waktunya dalam olah raga, maka sesungguh­nya ia telah menyia-nyiakan waktu, minimal ke­adaannya dalam hal ini adalah makruh.3 Adapun pemain olah raga yang hanya mengenakan celana pendek sampai terlihat paha atau sebagian besar auratnya, maka hal itu tidak boleh. Dan yang benar adalah wajib bagi para pemuda (pemain, pent.) adalah menutup aurat mereka dan juga tidak dibolehkan menyaksikan para pemain yang terbuka pahanya (auratnya).4

Syaikh Muhammad bin Ibrahim رحمه الله berpendapat5 melarang permainan yang bersifat terorganisir secara berlebihan (yaitu be­liau melarang pembentukan organisasi-organi­sasi yang lengkap yang mengurusi urusan-urusan para pemain untuk bermain bola), teta­pi beliau membolehkan selain dari itu semua. Karena beliau berdalil, bahwa permainan yang memiliki organisasi-organisasi tersebut tidak lepas dari hal-hal berikut ini:

Pertama: Permainan ini secara tabi'at me­ngandung unsur-unsur pengkotak-kotakan, menim­bulkan fitnah, menumbuhkan kebencian. Nilai-nilai semacam ini jelas bertentangan dengan dakwah Islam yang mewajibkan saling toleransi, kasih sa­yang, ukhuwah dan mensucikan jiwa dari sifat dengki, benci dan permusuhan. Dan tidak diragukan lagi bahwa permusuhan, perselisihan, kebencian dan kedengkian pasti ada pada permainan ini, antara yang menang dan yang kalah. Oleh karena itu per­mainan tersebut dilarang karena menyebabkan keru­sakan-kerusakan sosial dengan tumbuhnya keben­cian pada para pemain dan penonton, menimbulkan fitnali di antara mereka, bahkan lebih dari itu ka­dang sebagian dari penonton mengintimidasi seba­gian pemain bahkan membunuhnya. Dan bukti serta realita ini telah diketahui bersama.

Kedua: Permainan ini tidak luput dari baha­ya-bahaya fisik yang menghantui para pemain, aki­bat dari tabrakan, benturan dan pukulan. Sehingga diakhir pertandingan, pada umumnya didapati se­bagian dari mereka telah jatuh di lapangan pertan­dingan dengan keadaan pingsan, patah kaki, tangan dan terluka yang semuanya ini mewajibkan adanya mobil-mobil ambulan.

Ketiga: Dalam permainan sepak bola tidaklah menjurus kepada sesuatu yang dapat ditolelir dalam syari'at Islam (yang semestinya ada dalam olah raga dan dibenarkan oleh Islam) yatu memberikan kega­irahan jasmani, melatih fisik guna menghadapi pe­rang dan melepaskan penyakit-penyakit yang sudah menahun.

Keempat: Permainan seperti ini banyak me­nyita waktu shalat, yang dengannya para pemain dan penontonnya meninggalkan shalat berjama'ah atau mengakhirkan waktu shalat (yang tidak semes­tinya diakhirkan, pent.) atau bahkan meninggalkan shalat. Tidak diragukan lagi tentang pengharaman suatu perbuatan yang melalaikan shalat pada wak­tunya atau tertinggal dari shalat berjama'ah yang memang tidak disebabkan oleh udzur yang syar'i (halangan yang dibenarkan agama).

Kelima: Pelanggaran yang ditimbulkan oleh para pemain adalah membuka aurat (yang jelas ha­ram untuk dipertontonkan). Aurat laki-laki mulai dari pusar sampai lutut. Jelas bahwa celana mereka hanya sampai pada pertengahan paha dan sebagian-nya lagi lebih dari itu. Sudah diketahui bahwa paha merupakan aurat.

Keenam: Bahwa permainan ini melalaikan pa­ra pemain dan penontonnya dari mengingat (dzikir) kepada Allah Ta'ala.

Ketujuh: Kadang-kadang permainan ini ma­suk dalam permasalahan memakan harta dengan ca­ra yang batil, maka yang demikian termasuk judi, karena hal ini terkait salah satu dari dua perkara:

Si pemenang akan mengambil jumlah terten­tu dari uang atau sesuatu yang telah diten­tukan, jenis ini haram menurut kesepakatan para ulama.
Atau mengambilnya dari para penonton yang hadir ke lapangan pertandingan dan ini pun dilarang menurut pendapat yang kuat dari dua pendapat yang ada.6
Kedelapan: Permainan ini merupakan suatu jalan atau cara yang bisa menyibukkan hati dan menjadikannya sebagai pekerjaan. Terlebih lagi per­mainan ini termasuk senda gurau dan tidak berarti bagi jiwa. Dan kecenderungan hati untuk duduk berlama-lama di hadapan pertandingan sangatlah besar.




Saya (penulis) berkata: Di dalam syari'at Islam, tidak dibatasi wasilah (olah raga-olah raga, pent.) yang dapat menguatkan jasmani.

Akan tetapi permasalahan ini mempunyai sya­rat, yaitu tidak boleh melampaui batas dari hukum-hukum syari'at dan juga tidak terjerumus dalam hal yang mudlorat (bahaya) yang akan disebutkan nanti pada pembahasannya. Maka apabila permainan ini terkait dengan hal-hal yang dilarang, kerusakan-kerusakan dan mudlorat yang akan timbul, sudah jelas hukum permainan tersebut adalah sesuai dengan hu­kum yang menyangkut hal-hal yang negatif tersebut. Bahkan hukumnya akan sampai pada derajat pengharaman7 bagi sebagian pecandu dan fanatis olah raga ini.





Catatan Kaki:

1 HR. Muslim dalam (kitab) Shahih-nya no.2664

2 Mukhtasharul Fatawa Al Mishriah hal. 251 dan telah dinukil oleh Syaikh Hamud At Tuwaijiri rahimahullah dalam kitab Al Idlah wat Tabyiin hal. 197: Dan dari hal yang patut untuk disebutkan (di sini adalah) bahwa (sepak bola) telah dikenal di dalam kitab-kitab pa­ra ulama kita terdahulu dengan nama-nama yang bervari­asi di dalam kitab-kitab bahasa mereka, seperti: Al Kujjah, Al Buksah, Al Khazafah, At Tun, Al Ajurrah, Ash Shau-lajan dan Al Kurrah (lihat Al Qamusul Muhith dan Lisanul 'Arab).

3 Makruh: Sangat di benci, hukum makruh bisa di­identikkan dengan haram, lihat firman Allah dalam surat Al Isra' ayat: 22-38, hendaknya Fatwa Syaikh Utsaimin ini da­pat direnungkan dengan baik dan diambil pelajaran da­rinya, pent.

4 As-ilah Muhmalah hal. 27, terbitan Dar Ibnul Qayyim, Dammam. Telah keluar fatwa yang serupa dari Lajnah Ad Daimah Lil Buhuts Alilmiah wal Ifta' di Arab Saudi, fatwa no. 2857 pada tanggal 8/3/1400 H, fatwa no. 3323 tanggal 19/12/1400 H, fatwa no. 4967 tanggal 20/9/1402H, ditandatangani oleh Syaikh Bin Baz, Syaikh Abdurrazaq 'Afifi, Syaikh Abdullah Ghudaiyan dan Syaikh Abdullah bin Qu'ud.

5 Fatawa Syaikh Muhammad bin Ibrahim (8/116-122, 128-129) dan dinukil fatwa beliau oleh DR. Sa'ad Asy Syatri di dalam kitab Al Musabaqat wa Ahkamuha Fisy Syari'ah Al Islamiyyah hal. 204, 206-207.

6 Penulis kitab Al Musabaqat Ats Tsaqaflah membe­rikan catatan pada hal 207: Dan ada pendapat lain yang membolehkan, apabila yang diberikan berupa penghargaan.

Kemudian pada hal. 208 (tentang pengambilan pen­dapat yang lebih kuat dan tentang syarat-syarat yang mem­bolehkan bermain sepak bola) ia berkata lagi:

Tidak boleh memberikan uang atau sejenisnya kepada pemenang dengan sebab kemenangannya, dan saya ber­pendapat Apabila penonton diwajibkan untuk membayar dengan jumlah uang tertentu maka seperti ini tidak mengapa jika maksudnya untuk menyewa tempat Dan jumlah uang yang berasal dari para penonton akan menjadi salah satu dari tiga keadaan:

Diwajibkan bagi para pemain untuk membayar dengan jumlah uang tertentu ke pemilik lapangan, pemerintah atau swasta (sebagai uang sewa lapangan, maka uang yang masuk dari para penonton akan menjadi hak para pemain, pent) sisanya buat para pemain dan kerugian pun mereka yang tanggung.
Pemilik lapangan mengambil sejumlah uang dari para penonton dan ia wajib membayar dengan jumlah tertentu bagi para pemain, sisanya buat si pemilik lapangan dan kalau ada kerugian dia yang menanggung.
Jumlah uang yang masuk dibagi dengan pembagian yang telah ditentukan, untuk si pemilik lapangan sebagian dan untuk setiap kelompok sebagian lagi. Contoh: Bagi si pemilik lapangan setengah, bagi salah satu kelompok se­pertiga dan bagi kelompok ke dua seperenam... dan se­perti itu.
Adapun jumlah uang tertentu yang telah dikhusus­kan bagi si pemenang (yang jelas-jelas berbeda dengan kelompok yang kalah), maka hal ini tidak boleh.

Dr. Rafiq Al Mishri dalam kitabnya Al Maisir wal Qimar. Al Musabaqat wa Jawaiz hal. 156, setelah berbicara tentang pemberian upah/honor kepada beberapa cabang olah raga yang ada hubungannya dengan perang (jihad, pent.) seperti gulat, karate dan judo (bisa juga dimasukkan silat dan seni bela diri lainnya, pent.), beliau berkata: Ada sebagian cabang olah raga yang sedikit hubungannya dengan kepentingan jihad, walaupun di dalamnya ada unsur melatih berlari, kesabaran dan memperkuat stamina tubuh, seperti: sepak bola, maka yang ini boleh. Dan barangkali tidak mengapa kalau yang diberikan itu semacam simbol kemenangan, seperti: piala/trophy atau ijazah (syahadah/lembaran penghargaan).

Saya (penulis) berkata: Pendapat yang melarang un­tuk mengambil sesuatu dari para penonton adalah yang le­bih mendekati kebenaran. Begitu juga mencari rizki melalui permainan ini bagi para usahawan-usahawan apalagi sam­pai membeli para bintang sepak bola dengan harga yang fantastik/ meroket, WallahuA'lam. Lihatlah asal pelarangan dalam menonton dan apakah benar untuk dimasukkan da­lam permasalahan yang sedang kita bahas ini, di dalam kitab Arnaisul Qurur wa Gharaaisul Fikar fii Ahkamin Nadiar, karya Hamawi Asy Syafi'i hal. 96-97.

7 Oleh sebab itu Syaikh Abdul Aziz As Salman rahimahullah dalam kitab Al Asilah wal Ajwibah Al Fiqhiah (5/ 358) berkata: Saya (syaikh Abdul Aziz) berkata: Barang siapa yang mengetahui bahwa permainan bola ini akan mengakibatkan tertinggalnya shalat dan terbuangnya waktu yang banyak (dengan sia-sia), tersebarnya perkataan yang keji, seperti melaknat dan memfitnah, membuka aurat, membahayakan jasmani, 'qila' dan 'qala' (menyebarkan kabar burung) dan lupa berdzikir kepada Allah subhanahu wa ta'ala, maka tidak diragukan lagi dalam pengharaman­nya. Karena nilai-nilai yang negatif tersebut, yang muncul dari permainan ini seluruhnya atau sebagiannya dari orang-orang yang terkait di dalamnyam, yang pada umumnya orang-orang yang sudah baligh lagi berakal.


Selengkapnya......

Jiwa Manusia

Jiwa manusia ada tiga macam:
Jiwa yang jelek
Dia adalah jiwa yang selalu memerintahkan ber­buat kejelekan, mengikuti hawa nafsu, kesesatan dan tempat-tempat yang jelek. Mengenai jenis jiwa ini Alloh سبحانه و تعالي berfirman:

وَمَا أُبَرِّئُ نَفْسِي إِنَّ النَّفْسَ لأَمَّارَةٌ بِالسُّوءِ إِلاَّ مَا رَحِمَ رَبِّيَ إِنَّ رَبِّي غَفُورٌ رَّحِيمٌ

"Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Robbku. Sesungguhnya Robbku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. Yusuf [12]: 53)
Syaikh Ibnu Utsaimin رحمه الله berkata: "Kejelekan jiwa itu berkisar dua perkara: mengerjakan kemak­siatan atau lemah dalam mengerjakan ketaatan.


Jiwa yang tenang dan bagus
Dia adalah jiwa yang memerintahkan kebaikan dan melarang dari kejelekan. Selalu tenang ingat kepada Alloh kembali dan taubat kepada-Nya, dan selalu dekat dan rindu berjumpa dengan Alloh.

يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ. ارْجِعِي إِلَى رَبِّكِ رَاضِيَةً مَّرْضِيَّةً

"Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Robbmu de­ngan hati yang puas lagi diridhoi-Nya." (QS. al-Fajr [89]: 27-28)

Jiwa yang selalu mencela dan menyesal
Jiwa jenis ini ada yang mengatakan adalah sifat bagi jiwa yang baik dan jelek. Karena jiwa yang baik akan mencela perbuatan jelek, dan jiwa yang jelek akan mencela perbuatan baik. Alloh سبحانه و تعالي berfirman:

لَا أُقْسِمُ بِيَوْمِ الْقِيَامَةِ. وَلَا أُقْسِمُ بِالنَّفْسِ اللَّوَّامَةِ

"Aku bersumpah demi hari kiamat. Dan aku bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali (dirinya sendiri)." (QS. al-Qiyamah [75]: 1-2)"2

Keutamaan dan Manfaat Intropeksi Diri
Alloh memerintahkannya
Berdasarkan firman Alloh سبحانه و تعالي yang berbunyi:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ. وَلَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ نَسُوا اللَّهَ فَأَنسَاهُمْ أَنفُسَهُمْ أُوْلَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ

"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Alloh dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertak­walah kepada Alloh, sesungguhnya Alloh Maha Mengeta­hui apa yang kamu kerjakan. Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Alloh, lalu Alloh menja­dikan mereka lupa kepada mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik." (QS. al-Hasyr [59]: 18-19)

Syaikh Abdurrohman as-Sa'di رحمه الله mengatakan: "Ayat yang mulia ini adalah dalil tentang muha­sabah seorang hamba terhadap dirinya. Dan su­dah selayaknya bagi manusia untuk berintrospeksi diri. Jika dia menjumpai kekurangan, maka wajib menambalnya dan berlepas diri dari dosa dengan taubat serta berpaling dari segala sebab yang bisa membawa dosa. Jika dia menilai bahwa dirinya banyak meremehkan perintah-perintah Alloh عزّوجلّ, maka hendaknya ia bersungguh-sungguh dan me­minta pertolongan kepada Alloh عزّوجلّ agar diberi­kan kekuatan untuk menjalankan perintah. Maka yang terhalang dari kebaikan adalah orang yang lalai dari perkara ini, dia seperti kaum yang lupa kepada Alloh عزّوجلّ, tidak ingat hak-hak Alloh عزّوجلّ, dan dia malah berpaling mengikuti hawa nafsu! Aki­batnya Alloh عزّوجلّ melupakan mereka, melupakan kebaikan dan manfaat bagi mereka. Jadilah perkara mereka tidak membuahkan apa pun. Mereka kem­bali dalam keadaan merugi dunia dan akhirat, ter­tipu dan tidak mungkin ditambal, karena mereka adalah orang-orang yang fasik."1

Introspeksi diri adalah jalan selamat bagi jiwa
Seorang muslim diibaratkan sebagai tawanan di dunia ini. Dia tidak akan merasa aman sedikitpun hingga berjumpa dengan Alloh عزّوجلّ.2 Segala tindakannya akan ditanya pada hari esok. Oleh karenan­ya bagi orang yang berintrospeksi diri kemudian bangkit dengan memperbaiki arah hidupnya, dia akan memetik buahnya di hari yang tiada guna lagi harta dan anak. Alloh عزّوجلّ berfirman:

يَوْمَ يَبْعَثُهُمُ اللَّهُ جَمِيعاً فَيُنَبِّئُهُم بِمَا عَمِلُوا أَحْصَاهُ اللَّهُ وَنَسُوهُ وَاللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ شَهِيدٌ

"Pada hari ketika mereka dibangkitkan Alloh semuanya, lalu diberitakan-Nya kepada mereka apa yang telah me­reka kerjakan. Alloh mengumpulkan (mencatat) amal perbuatan itu, padahal mereka telah melupakannya. Dan Alloh Maha Menyaksikan segala sesuatu." (QS. al-Mu-jadilah [58]: 6)

Dan juga firman Alloh سبحانه و تعالي:

يَوْمَ تَجِدُ كُلُّ نَفْسٍ مَّا عَمِلَتْ مِنْ خَيْرٍ مُّحْضَراً وَمَا عَمِلَتْ مِن سُوَءٍ تَوَدُّ لَوْ أَنَّ بَيْنَهَا وَبَيْنَهُ أَمَداً بَعِيداً وَيُحَذِّرُكُمُ اللّهُ نَفْسَهُ وَاللّهُ رَؤُوفُ بِالْعِبَادِ

"Pada hari ketika tiap-tiap diri mendapati segala keba­jikan dihadapkan (dimukanya), begitu (juga) kejahatan yang telah dikerjakannya: ia ingin kalau kiranya antara ia dengan hari itu ada masa yang jauh: dan Alloh memperingatkan kamu terhadap siksa-Nya. dan Alloh sangat Penyayang kepada hamba-hamba-Nya." (QS. Ali Imron [3]: 30)

Ketahuilah, sebagaimana orang yang berge­lut dalam dunia bisnis dan perdagangan, mereka menghitung hasil usahanya di akhir bulan atau tahun. Demikian pula hendaknya seorang muslim menghitung terhadap amalannya.

Bila pedagang menghitung hasil usahanya un­tuk mengetahui untung dan rugi, adapun seorang muslim yang dicari dengan introspeksi diri adalah keuntungan akhirat dengan meraih jiwa yang ber­sih. Karena hal itu adalah inti kebahagiaan dirinya. Alloh سبحانه و تعالي berfirman:

قَدْ أَفْلَحَ مَن زَكَّاهَا. وَقَدْ خَابَ مَن دَسَّاهَا

"Sesungguhnya beruntung lah orang yang menyucikan jiwa itu. Dan sesungguhnya merugilah orang yang me­ngotorinya." (QS. asy-Syams [91]: 9-10)

Introspeksi diri akan menghantarkan taubat kepada Alloh عزّوجلّ
Orang yang melihat keadaan dirinya ternyata berada dalam kekurangan akan segera memper­baiki dan bertaubat kepada Alloh عزّوجلّ

Alloh سبحانه و تعالي berfirman:

إِنَّ الَّذِينَ اتَّقَواْ إِذَا مَسَّهُمْ طَائِفٌ مِّنَ الشَّيْطَانِ تَذَكَّرُواْ فَإِذَا هُم مُّبْصِرُونَ

"Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa bila mereka ditimpa was-was dari setan, mereka ingat kepada Alloh, maka ketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalah­annya." (QS. al-A'rof [7]: 201)

Hasan al-Bashri رحمه الله berkata: "Seorang hamba akan senantiasa berada dalam kebaikan selama dia introspeksi diri dan hal itu menjadi perhatiannya."3

Mengingatkan perhitungan di akhirat
Seluruh hamba pasti akan diadili Alloh عزّوجلّ. Sebe­lum kita mengalami, ada baiknya kita introspeksi diri dan menghitung amalan sendiri. Alangkah bagusnya ucapan sahabat mulia Umar bin Khoththob رضي الله عنه tatkala berkata: "Hisablah diri kalian sebelum kalian dihisab. Timbanglah diri kalian sebelum kalian ditimbang. Karena hal itu akan lebih ringan bagi kalian dalam menghadapi hari hisab besok."4

Obat penyakit hati
Sebab utama munculnya penyakit hati adalah bersumber dari diri sendiri. Tidaklah penyakit ini bisa hilang kecuali dengan introspeksi dan ber­usaha mengubah diri pribadi menjadi lebih baik. Alloh سبحانه و تعالي berfirman:

إِنَّ اللّهَ لاَ يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُواْ مَا بِأَنْفُسِهِمْ

"Sesungguhnya Alloh tidak mengubah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri." (QS. ar-Ro'd [13]: 11)

Imam Ibnul Qoyyim رحمه الله berkata: "Sesungguh­nya seluruh penyakit hati itu berasal dari jiwa. Se­luruh kotoran bermuara pada jiwa, menyerap dan menjalar ke seluruh anggota badan, dan yang per­tama kali akan menerimanya adalah hati." 5

Disibukkan dengan aib diri sendiri
Abu Darda رضي الله عنه berkata: "Tidaklah seseorang di­katakan faqih hingga dia membenci manusia kare­na Alloh سبحانه و تعالي kemudian dia menilai dirinya sendiri, sehingga dia akan sangat benci terhadap dirinya."6

Selengkapnya......

Cinta yang Paling Agung

Bentuk mahabbah yang paling agung dan terpuji adalah mencintai Allah semata dan men­cintai apa yang Dia cintai. Inilah akar kebahagiaan dan intinya. Tiada seorangpun yang selamat dari adzab melainkan dengannya. Nabi صلي الله عليه وسلم bersabda:

ثَلَاثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ بِهِنَّ وَجَدَ بِهِنَّ حَلَاوَةَ الْإِيمَانِ أَنْ يَكُونَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لَا يُحِبُّهُ إِلَّا لِلَّهِ وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِي الْكُفْرِ بَعَدَ أَنْقَذَهُ اللهُ مِنْهُ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِي النَّارِ

"Tiga perkara apabila ada pada seseorang berarti dia telah merasakan manisnya iman, (yaitu) apabila Allah dan Rasul-Nya lebih dicintai dari selain ke­duanya, seseorang yang tidak mencintai melainkan karena Allah dan benci kembali kepada kekafiran setelah Allah menyelamatkan darinya sebagaimana bencinya jika dirinya dilempar ke dalam neraka." (Muttafaq 'alaih)

Adapun cinta yang paling parah celanya adalah mahabbah ma'allah, yakni seseorang yang menye-tarakan rasa cintanya kepada Allah dengan tandi­ngan selain Allah. Kecintaan ini merupakan inti ke­sengsaraan dan biangnya. Orang yang melakukan­nya berada di neraka dan diadzab di jahannam, wal 'iyadzu billah.


Kebanyakan pemuda teracuni dengan berbagai macam cinta yang tercela, di antaranya adalah:

Gandrung terhadap wanita dan gadis serta ter­fitnah oleh godaannya dan bergaul dengan mereka dalam kemaksiatan.
Cenderung mencintai remaja, bergaul dan me­mandang mereka dengan syahwat.
Mengidolakan para selebritis yang termasuk ka­tegori orang-orang yang membuat kerusakan dan banci, serta latah mengikuti mereka dan menjadikan mereka sebagai teladan dan tokoh idola.
Mencintai orang-orang kafir, mengagungkan mereka, meniru mereka dan berpartisipasi dalam merayakan hari raya mereka.
Menyukai hal-hal haram dengan berbagai ma­cam ragamnya serta asyik melakukanya. Terutama minuman keras, ganja, rokok, zina, homo dan se­lainnya yang kebanyakan pemuda telah terjerumus ke dalamnya.

Siapa yang Anda Cintai?

Setelah paparan sekilas tentang hakikat ibadah dan mahabbah serta kemungkinan-kemung­kinan penyimpangan yang terjadi berkaitan dengan­nya, memungkinkan bagi anda untuk bertanya ke­pada diri sendiri, siapakah yang Anda cintai? Benarkah Anda hanya mencintai Allah semata? Jika Anda menjawab, "ya", maka tanyakanlah kepada dirimu sendiri, apa bukti kecintaanmu kepada-Nya? Su­dahkah engkau mencintai karena Allah dan benci karena Allah? Berwala' karena Allah dan bermu­suhan karena Allah? Sudahkah Anda mencintai apa-apa yang dicintai oleh Allah dan membenci apa-apa yang dibenci oleh-Nya? Mencintai orang yang dicintai Allah dan membenci siapapun yang dibenci oleh-Nya?

Jika seluruh pertanyaan tersebut anda jawab de­ngan "ya" -saya berharap mudah-mudahan hal itu benar- maka sudah selayaknya saya bertanya: jika setiap pemuda memiliki sifat ubudiyah dan mahab­bah yang sempurna kepada Allah semacam ini, lalu mengapa kita melihat kebanyakan pemuda benci terhadap ketaatan dan lari darinya?

Mengapa kami melihat banyak di antara pemuda yang meninggalkan [sholat] padahal ia merupakan tiang agama dan pondasinya?

Mengapa hobi kebanyakan pemuda adalah hal-hal yang haram, menerima dan senantiasa cenderung kepadanya, kepuasan mereka adalah ketika bisa me­ngerjakannya, kesedihan mereka adalah kehilangan kesempatan untuk bermaksiat?

Bukankah khamr, ganja, rokok, minuman-minu­man keras, musik, film-film porno, zina, homoseks, memperolok-olok agama dan orang yang komitmen dengannya merupakan perbuatan haram yang umum dilakukan oleh para pemuda?

Bukankah hal-hal tersebut menyelisihi kecintaan kepada Allah سبحانه و تعالي dan cinta karena Allah? Bukankah ini merupakan bentuk syirik kepada Allah dalam mahabbah?


Selengkapnya......

Siapa yang Kamu Sembah?

Saudaraku yang mendapatkan taufik, fithrah manusia dalam kehidupan dunia ini adalah untuk ibadah, tunduk dan bertumpu kepada kekuat­an ghaib yang dibenarkan ada-Nya meski tak kasat mata. Maka barangsiapa yang tidak beribadah ke­pada Allah عزّوجلّ dan tidak menjadikan Dia sebagai Rabb, ilah, sesembahan, tidak merasakan manisnya berdzikir kepada-Nya, tidak berdo'a, bermunajah dan bersujud kepada-Nya, niscaya akan menge­nyam kehinaan berupa ibadah kepada selain-Nya, memohon kepada selain-Nya dan takut kepada selain-Nya.

Tidak diragukan lagi bahwa beribadah kepada Allah Ta'ala adalah ibadah yang paling terhormat, paling suci, paling luhur dan paling tinggi. Sedang­kan beribadah kepada selain-Nya adalah kesyirikan, kesesatan dan kerugian di dunia dan akhirat. Allah Ta'ala memberitakan perihal orang yang beribadah kepada selain-Nya:

احْشُرُوا الَّذِينَ ظَلَمُوا وَأَزْوَاجَهُمْ وَمَا كَانُوا يَعْبُدُونَ. مِن دُونِ اللَّهِ فَاهْدُوهُمْ إِلَى صِرَاطِ الْجَحِيمِ. وَقِفُوهُمْ إِنَّهُم مَّسْئُولُونَ

"(Kepada para malaikat diperintahkan): "Kumpul­kanlah orang-orang yang zalim beserta teman sejawat mereka dan sembahan-sembahan mereka yang selalu mereka sembah selain Allah, maka tunjukkanlah kepada mereka jalan ke neraka. Dan tahanlah mereka (di tempat perhentian) karena sesungguhnya mereka akan ditanya." (QS Ash-Shaffat: 22-24)

Dan firman-Nya:

إِنَّكُمْ وَمَا تَعْبُدُونَ مِن دُونِ اللَّهِ حَصَبُ جَهَنَّمَ أَنتُمْ لَهَا وَارِدُونَ

"Sesungguhnya kamu dan apa yang kamu sembah selain Allah, adalah umpan jahannam, kamu pasti masuk ke dalamnya." (QS Al-Anbiya': 98)

Wahai pemuda, maksud beribadah kepada selain Allah tidak hanya terbatas pada tin­dakan menyembah berhala, thawaf di kuburan, me­mohon kepada penghuninya, menyembelih untuk se­lain Allah maupun istighatsah kepada selain Allah dalam hal yang tidak dimampui melainkan oleh Allah. Semua itu memang termasuk macam-macam beribadah kepada selain Allah. Namun lebih dari itu, karena iba­dah mengandung unsur puncak kecintaan dan pun­cak menghinakan diri. maka barangsiapa yang men­cintai sesuatu setara dengan cintanya kepada Allah dan menghinakan diri kepadanya, berarti dia telah beribadah kepada selain Allah, baik sesuatu itu be­rupa batu, berhala, manusia, kuburan, wali, pema­haman, madzhab, harta, dunia, wanita, hawa naf­su, syetan atau selainnya yang mana manusia me­nyerahkan (pasrah) dirinya dan beribadah mengabdi kepadanya.

Sungguh Nabi telah membuat suatu permisalan tentangnya dengan sabda beliau:

تَعِسَ عَبْدُ الدِّيْنَرِ وَ عَبْدُ الدِّرْهَمِ وَ عَبْدُ الخَمِيْصَةِ

"Alangkah celaka budak dinar, budak dirham dan budak perut." (HR Al-Bukhari)

Imam Ibnu Al-Qayyim berkata, "inti kesyirikan kepada Allah adalah syirik dalam mahabbah (kecin­taan), sebagaimana firman Allah:

وَمِنَ النَّاسِ مَن يَتَّخِذُ مِن دُونِ اللّهِ أَندَاداً يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ اللّهِ وَالَّذِينَ آمَنُواْ أَشَدُّ حُبّاً لِّلّهِ

"Dan antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah, mereka mencintainya sebagaimana mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah." (QS Al-Baqarah: 165)

Maka Allah Subhanah mengabarkan bahwa di antara manusia ada yang menyekutukan-Nya, dia menjadikan tandingan selain Allah, mencintainya sebagaimana mencintai Allah. Maksudnya, bahwa hakikat ibadah tidak terwujud jika disertai kesyirikan kepada Allah dalam mahabbah (kecintaan), berbeda halnya dengan cinta kepada Allah yang merupakan konsekuensi dari ibadah kepada-Nya.

Imam Ibnu Al-Qayyim Rahimahullah menye­butkan, wajib untuk membedakan antara lima macam mahabbah, karena ketidakmampuan mem­bedakan masing-masing, dapat terjerumus dalam kebinasaan dan syirik mahabbah. Kelima hal tersebut adalah :

Mencintai Allah Ta'ala
Mencintai apa-apa yang dicintai Allah. Kecin­taan inilah yang memasukkan seorang hamba ke da­lam Islam dan mengeluarkannya dari kekufuran. Maka manusia yang paling dicintai oleh Allah ada­lah yang paling kuat dan paling sangat kecintaannya dalam hal ini.
Cinta karena Allah, hal ini merupakan konse­kuensi dari mahabbah yang sebelumnya. Seseorang tidaklah dianggap tulus dalam mencintai apa-apa yang dicintai oleh Allah melainkan dengan mencintai karena Allah dan di jalan Allah.
Mencintai beserta Allah (mencintai sesuatu se­tara dengan kecintaannya kepada Allah-pent). Inilah mahabbah yang syirik, barangsiapa yang mencintai sesuatu setara dengan Allah, bukan untuk Allah, bu­kan pula karena Allah, bukan dijalan-Nya, sungguh dia telah mengambil tandingan selain Allah, inilah mahabbahnya orang-orang musyrik.
Mahabbah thabi'iyah, yakni kecenderungan manusia kepada apa yang memang menjadi tabiat­nya, seperti seorang yang haus menyukai air, orang yang lapar menyukai makanan, orang yang mengan­tuk menyukai tidur, mencintai istri maupun anak. Yang demikian ini tidaklah tercela kecuali jika hal-hal tersebut melalaikan dari dzikrullah dan menyi­bukkan diri dari mencintai Allah.

Selengkapnya......

UNTUK APA KITA DI CIPTAKAN?

Ketahuilah wahai para pemuda, sesungguhnya anda diciptakan untuk suatu urusan yang maha penting, tujuan yang luhur, yang untuk tujuan itulah Allah menciptakan dunia dan seisinya, me­ngutus para rasul dan menurunkan kitab-kitab un­tuk menyeru kepadanya. Tujuan tersebut adalah ber­ibadah kepada Allah Ta'ala tanpa menyekutukan dengan suatu apapun.

Ibadah inilah yang merupakan hakikat dinul Is­lam. Itulah millah (jalan)nya bapak kita Ibrahim, yang barangsiapa membencinya berarti berlaku bo­doh terhadap dirinya sendiri, termasuk golongan orang-orang yang sesat dan binasa. Perkara ini pula yang menjadi wasiat para Nabi sebagian bagi seba­gian yang lain, sebagaiman firman Allah:

وَمَن يَرْغَبُ عَن مِّلَّةِ إِبْرَاهِيمَ إِلاَّ مَن سَفِهَ نَفْسَهُ وَلَقَدِ اصْطَفَيْنَاهُ فِي الدُّنْيَا وَإِنَّهُ فِي الآخِرَةِ لَمِنَ الصَّالِحِينَ. إِذْ قَالَ لَهُ رَبُّهُ أَسْلِمْ قَالَ أَسْلَمْتُ لِرَبِّ الْعَالَمِينَ. وَوَصَّى بِهَا إِبْرَاهِيمُ بَنِيهِ وَيَعْقُوبُ يَا بَنِيَّ إِنَّ اللّهَ اصْطَفَى لَكُمُ الدِّينَ فَلاَ تَمُوتُنَّ إَلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ. أَمْ كُنتُمْ شُهَدَاء إِذْ حَضَرَ يَعْقُوبَ الْمَوْتُ إِذْ قَالَ لِبَنِيهِ مَا تَعْبُدُونَ مِن بَعْدِي قَالُواْ نَعْبُدُ إِلَـهَكَ وَإِلَـهَ آبَائِكَ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ إِلَـهاً وَاحِداً وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ

Dan tidak ada yang benci kepada agama Ibrahim, melainkan orang yang memperbodoh dirinya sendiri dan sungguh Kami telah memilihnya di dunia dan sesungguhnya dia di akherat benar-benar termasuk orang-orang yang shaleh. Ketika Rabbnya berfirman kepadanya "tunduk patuhlah!" Ibrahim menjawab, "Aku tunduk patuh kepada Rabb semesta alam." Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya'kub (Ibrahim ber­kata): "Hai anak-anakku sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan memeluk agama Islam." Adakah kamu hadir ketika Ya'kub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya: "Apa yang kamu sembah sepeninggalku?" Mereka menjawab: "Kami menyembah Rabbmu dan Rabb nenek moyangmu Ibrahim, Isma'il dan Ishaq, (yaitu) Ilah Yang Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya." (QS Al-Baqarah: 130-133)

Maka setiap kali seseorang meninggalkan urusan yang menjadi tujuan penciptaannya yang menjadi jaminan kebahagiaan, keberuntungan dan kesukse­san dunia dan akhiratnya, lalu menyibukkan diri de­ngan urusan selainnya yang justru akan menda­tangkan kebinasaan, kesengsaraan dan kerugian­nya, maka dia adalah orang yang paling hina di an­tara yang hina, paling dungu di antara yang dungu.
Wahai pemuda, ibadah di dalam Islam memi­liki pengertian yang luas, tidak benar jika diartikan sebatas pada shalat, sahum, zakat, haji dan syi'ar-syi'ar ta'abudiyah selainnya saja. Bahkan iba­dah di dalam Islam adalah suatu manhaj yang saling melengkapi, menjadikan kemudahan kehidupan dalam seluruh aspeknya, sesuai dengan kehendak Allah عزّوجلّ. Sebagian ulama memberikan definisi iba­dah, yakni "kata yang mencakup seluruh apa-apa yang dicintai dan diridhai oleh Allah, baik perkataan ataupun perbuatan, yang zhahir maupun yang bathin."

Sehingga sudah selayaknya seluruh aspek kehi­dupan itu terikat pada tujuan untuk merealisasikan ibadah kepada Allah Ta'ala. Bahkan sudah men­jadikan setiap marhalah (fase) kehidupan ini selu­ruhnya adalah ibadah, hingga kematian adalah me­rupakan bentuk ibadah kepada Allah عزّوجلّ, sebagai­mana firman Allah:

قُلْ إِنَّ صَلاَتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ. لاَ شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَاْ أَوَّلُ الْمُسْلِمِينَ

"Katakanlah: "Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Rabb semesta alam, tiada sekutu bagi-Nya dan demikian itulah yang diprintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)." (QS Al-An'am: 162-163)

Kematian para syuhada adalah merupakan reali­sasi di antara bentuk ibadah kepada Allah Rabbul 'alamin berupa kematian.

وَالشُّهَدَاء عِندَ رَبِّهِمْ لَهُمْ أَجْرُهُمْ وَنُورُهُمْ

"Dan orang-orang yang syahid bagi mereka pahala dan cahaya mereka." (QS Al-Hadid: 19)

Dan firman Allah:

وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّى يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ

"Dan sembahlah Rabbmu sampai datang sesuatu yang diyakini" (QS Al-Hijr: 99)

yakni kematian.

Ketahuilah wahai saudaraku yang aku cintai, kebutuhan kita untuk beribadah kepada Allah lebih mendesak daripada kebutuhan kita terhadap makanan, minuman dan udara. Karena, makanan, minuman dan udara berfungsi untuk melestarikan badan, sedangkan ibadah berfungsi untuk menegak­kan ruh dan badan sekaligus. Oleh karena itulah iba­dah merupakan aktivitas seluruh makhluk yang ada, baik benda mati, hewan maupun tumbuh-tumbuh­an, baik yang kita saksikan maupun sesuatu yang tak dapat kita saksikan. Allah berfirman:

وَإِن مِّن شَيْءٍ إِلاَّ يُسَبِّحُ بِحَمْدَهِ وَلَـكِن لاَّ تَفْقَهُونَ تَسْبِيحَهُمْ

"Dan tak satupun melainkan bertasbih dengan me-muji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka." (QS Al-Isra': 44)

أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللَّهَ يَسْجُدُ لَهُ مَن فِي السَّمَاوَاتِ وَمَن فِي الْأَرْضِ وَالشَّمْسُ وَالْقَمَرُ وَالنُّجُومُ وَالْجِبَالُ وَالشَّجَرُ وَالدَّوَابُّ وَكَثِيرٌ مِّنَ النَّاسِ وَكَثِيرٌ حَقَّ عَلَيْهِ الْعَذَابُ

"Apakah kamu tiada mengetahui, bahwa kepada Allah bersujud apa saja yang ada di langit dan di bumi, matahari, bulan, bitang, gunung, pohon-pohonan, binatangbintang yang melata dan sebagian besar daripada manusia? Dan banyak di antara manusia yang telah ditetapkan azab atasnya." (QS Al-Hajj: 18)

Maka seluruh alam dalam keadaan beribadah kepada Allah Rabbul 'alamin. Ayat tidak mengecualikan jenis makhluk selain manusia yang terbagi menjadi mukmin dan kafir:

وَكَثِيرٌ مِّنَ النَّاسِ وَكَثِيرٌ حَقَّ عَلَيْهِ الْعَذَابُ وَمَن يُهِنِ اللَّهُ فَمَا لَهُ مِن مُّكْرِمٍ إِنَّ اللَّهَ يَفْعَلُ مَا يَشَاءُ

"Dan banyak di antara manusia yang telah ditetap­kan azab atasnya. Dan barangsiapa yang dihinakan oleh Allah maka tidak seorangpun yang memuliakan­nya. Sesungguhnya Allah berbuat apa yang Dia kehendaki." (QS Al-Hajj: 18)

Maka siapapun yang meninggalkan ibadah ke­pada Allah Ta'ala dan menolak bersujud kepada-Nya maka Allah akan menghinakanny memburukkan keadaannya dan tidak menghendaki kebaikan atasnya.

Dan Allah Ta'ala mewajibkan kita untuk beriba­dah bukanlah demi mendatangkan manfaat bagi-Nya, karena Dia Subhanahu Maha Kaya dari seluruh alam, sebagaimana firman Allah:

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ. مَا أُرِيدُ مِنْهُم مِّن رِّزْقٍ وَمَا أُرِيدُ أَن يُطْعِمُونِ. إِنَّ اللَّهَ هُوَ الرَّزَّاقُ ذُو الْقُوَّةِ الْمَتِينُ

"Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku Aku tidak menghendaki rezki sedikitpun dari mereka dan Aku Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi Aku makan. Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi rezki Yang Mempunyai Kekuatan lagi sangat kokoh." (QS Adz-Dzariyat: 56-58)

Akan tetapi Allah Ta'ala membebankan ibadah kepada kita adalah untuk membersihkan dan men-sucikan kita serta menghilangkan penyakit hati dan syahwat hawa nafsu. Allah berfirman:

خُذْ مِنْ أَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيهِم بِهَا وَصَلِّ عَلَيْهِمْ إِنَّ صَلاَتَكَ سَكَنٌ لَّهُمْ

"Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mere­ka dan mendo'alah untuk mereka, sesungguhnya do'a kamu itu (menjadi) ketentraman jiwa bagi mere­ka." (QS At-Taubah: 103)

Maka perhatikanlah, bagaimana ibadah yang tulus mampu membersihkan hati, menyucikan jiwa dan mendatangkan ketenangan. Allah Ta'ala ber­firman:

لَن يَنَالَ اللَّهَ لُحُومُهَا وَلَا دِمَاؤُهَا وَلَكِن يَنَالُهُ التَّقْوَى مِنكُمْ

"Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya." (QS Al-Hajj: 37)

Sedangkan takwa dapat kalian peroleh dengan sebab ketaatan kalian kepada Allah dan taqarrub kalian kepada-Nya berujud mengalirkan darah he­wan sembelihan.



Selengkapnya......

Sunday, January 30, 2011

Tanda-tanda kecil hari kiamat

munculnya para dajjal yang mengaku sebagai nabi. "sesungguhnya akan ada pada umatku 30 pendusta yang mengaku masing-masing sebagai nabi, sedangkan aku adalah penutup para nabi dan tidak ada lagi nabi sesudahku". (HR. Muslim).
banyaknya fitnah (ujian) yang muncul. Sebagian fitnah itu demikian hebat sehingga menyebabkan seorang muslim keluar dari agamanya. Nabi  bersabda: "Bersegeralah kalian melakukan amal-amal sebelum munculnya berbagai fitnah yang datang seperti potongan-potongan malam yang gelap, seorang yang di pagi hari dalam keadaan mukmin tetapi sorenya sudah kafir dan (yang lain) sore hari masih mukmin pada pagi hari sudah kafir, salah seorang dari kalian menjual agamanya dengan harga yang sedikit dari dunia". (HR. Muslim, Ahmad)


Diantara penyebab timbulnya berbagai fitnah itu ialah: sedikitnya ilmu, meratanya kebodohan, ditinggalkannya Islam, dan menyebarnya dosa-dosa dan kemaksiatan.
"sesungguhnya diantara tanda-tanda hari kiamat ialah: diangkatnya ilmu, banyaknya kebodohan, banyaknya perzinahan, banyaknya minum-minuman keras, wanita lebih banyak dibanding laki-laki (yang disebabkan oleh banyaknya peperangan), sehingga untuk 50 wanita hanya seorang laki-laki penanggung jawab.

3. budak perempuan melahirkan tuannya dan orang-orang yang (dahulunya) miskin, tidak beralas kaki, telanjang, para penggembala kambing, berlomba-lomba meninggikan bangunannnya. (HR. Bukhari dan Muslim)
4. urusan pemerintahan, kepemimpinan dan jabatan-jabatan diserahkan kepada orang-orang yang tidak layak memegangnya. Nabi  bersabda: "Jika amanat telah disia-siakan maka tunggulah hari kiamat", seorang berkata, "bagaimana amanat itu disia-siakan ?, Beliau menjawab, "Jika urusan diserahkan kepada orang yang tidak layak, maka tunggulah kiamat". (HR. Bukhari)
5. konspirasi antarbangsa untuk menghancurkan umat Islam. Rasulallah  bersabda: "Hampir saja bangsa-bangsa lain memangsa kalian sebagaimana orang-orang lapar menghadapi meja penuh hidangan". Seseorang bertanya, "apa kami waktu itu sedikit?" Rasulallah  menjawab, "Bahkan kalian saat itu banyak, akan tetapi kalian sperti buih di laut. Allah sungguh akan mencabut rasa takut dari dada musuh kalian, dan Allah sungguh akan mencampakkan penyakit wahn ke dalam hatimu". Seseorang bertanya, "ya Rasulallah, apakah wahn itu?" beliau menjawab, "Cinta dunia dan takut mati". (HR. Ahmad, Abu Daud, sanadnya shahih).
6. munculnya Imam Mahdi. Hadits-hadits yang shahih menyebutkan bahwa namanya adalah Muhammad bin Abdullah, termasuk ahlul bait (keturunan Rasulallah ), dari jalur Hasan bin Ali bin Abi Thalib . Ia akan mengayomi bumi dengan keadilan setelah sebelumnya dipenuhi dengan kedzaliman.
Tanda-tanda besar hari kiamat.

1. fitnah Dajjal. Ia adalah fitnah terbesar sepanjang sejarah manusia. Ia mengaku sebagai tuhan. Ia berusaha untuk menyesatkan manusia dengan keanehan-keanehan (hal-hal yang luar biasa) yang memang Allah  berikan padanya, Seperti: menghidupkan kembali orang yang telah dibunuhnya, kemakmuran dan kesuburan mengikutinya, bisa menyuruh langit menurunkan hujan, menyuruh bumi supaya mengeluarkan tumbuh-tumbuhan, dll. Itu semua sebagai fitnah (ujian) bagi keimanan manusia. Nabi  telah menjelaskan cirri-cirinya, yaitu: salah satu matanya buta (picak), diantara matanya tertulis kata "kafir" yang bisa dibaca oleh semua orang yang beriman dan yang akan membunuhnya adalah nabi Isa as.
2. turunnya nabi Isa bin Maryam as. Beliau akan turun ke bumi untuk memimpin kaum muslimin dengan syariat al quran. Beliau akan memerangi Dajjal dan membunuhnya. Beliau tidak akan menerima ahlul kitab selain iman, jika mereka menolak akan diperangi. Tidak ada lagi pilihan Jizyah (membayar upeti). Beliau akan bermakmum dalam shalat dengan salah seorang umat Muhammad . Beliau akan menjadi penguasa yang adil, menghancurkan salib-salib, membunuh babi dan menghapus jizyah. Allah  akan melimpahkan keberkahanNya pada penduduk bumi di zaman beliau, semua agama-agama dan ideology bathil akan dimusnahkan dan tidak ada yang tegak selain Islam.
3. keluarnya Ya'juj dan Ma'juj. Mereka adalah 2 bangsa yang besar dari anak cucu nabi Adam as. Mereka akan keluar dan akan berbuat kerusakan yang dahsyat di muka bumi. Mereka semua akan dibinasakan oleh Allah  karena doa Isa bin Maryam as.
4. terbitnya matahari dari arah barat. "Kiamat tidak akan terjadi sampai matahari terbit dari tempat terbenamnya. Jika ia telah terbit dan manusia semua melihatnya, mereka semua akan beriman. Maka ketika itu tidak berguna lagi keimanan seseorang yang tidak beriman sebelumnya atau berbuat kebaikan dalam imannya". (HR. Bukhari dan Muslim)
5. keluarnya binatang melata.

Dan apabila perkataan telah jatuh atas mereka, Kami keluarkan sejenis binatang melata dari bumi yang akan mengatakan kepada mereka, bahwa sesungguhnya manusia dahulu tidak yakin kepada ayat-ayat Kami. (QS. 27:82)


Peristiwa-Peristiwa Yang Akan Terjadi Setelah Kematian:

1. pertanyaan dalam kubur. Jika seorang hamba Allah  diletakkan di dalam kubur dan para pengantarnya telah kembali, maka dua orang malaikat akan mendatanginya dan mendudukkannya, lalu menanyakannya tentang tiga hal. Siapa tuhanmu, siapa nabimu dan apa agamamu. Adapun orang mukmin dia akan menjawab dengan benar, sedangkan orang yang kafir atau fasik, tidak akan bisa menjawab dengan benar.

2. adzab kubur dan kenikmatan kubur. Nabi  pernah mendengar suara-suara orang yang disiksa dalam kuburnya lalu beliau bersabda: "sesungguhnya umat ini akan diuji dlaam kuburnya. Kalau saja bukan karena kekhawatiran nantinya kalian tidak akan saling menguburkan jenazah-jenazah diantara kalian, niscaya aku akan berdoa kepada Allah  agar Dia memperdengarkan kepada kalian dari siksa-siksa kubur yang saya dengar ini. (HR. Muslim)

Selengkapnya......